Rabu, 23 Maret 2016

Rindu dengan Kita

Sepertinya saya salah membuka galeri lama.
Galeri yang penuh dengan masa-masa indah yang seolah tak ada prioritas lain selain masa itu.
Salah bukan dalam artian tak seharusnya membuka. Tapi salah karena tak bisa mengembalikan waktu yang dulu itu.

Setiap masa memang harus ada perubahan. Tapi bukan perubahan seperti ini yang saya inginkan.
Perubahan di mana kita hanya bertambah usia dan pemikiran. Bukan dengan sikap juga harus berubah.

Apa menjadi dewasa harus menjauhkan kita yang tadinya sangat dekat?
Apa menjadi dewasa harus membuat kita menjadi seperti tak saling kenal?
Membuat kita kembali ke masa di mana kita belum mengenal satu sama lain. Kalimat baku yang menjadi pengantar pembicaraan kita.

Sekat pun mulai terlihat sekarang.
Saya ga mau sok kuat dan ga mau munafik, kalau malam ini, saya rindu kalian. Rindu kebersamaan kita yang dulu itu...

Minggu, 06 Maret 2016

Semoga Ini Akhir

Rasanya bila dipikir-pikir, semuanya memang sudah berakhir. Sudah tak perlu lagi mengingat yang lalu. Yang lalu masih boleh diingat, tapi tak semestinya setiap waktu mengingat.

2 hari kemarin adalah waktu yang cukup lama untuk ku mengingat tentang kita. Waktu terbodoh, juga waktu yang terindah yang pernah ku lalui. 2 hari penuh, pikiranku hanya kamu.

Sekarang, cerita kita sudah berakhir. Kamu juga sudah memilih bahagia bersamanya. Aku pun juga ingin bahagia bersamanya.

Aku harap, tak ada lagi waktu untuk ku mengingat kamu lagi. Karena aku sudah terlalu sering merasakannya sakit ingat hal dulu.

Jumat, 04 Maret 2016

Belum Bisa

Tadi siang, aku melihat sosok diriku ada pada diri adik kelasku.
Caranya ketika melihat laki-laki yang disukainya sama seperti aku dulu saat melihat kamu.
Masih teringat jelas kebiasaan burukku yang meninggalkan jam mata pelajaran pertama hanya demi melihatmu berolahraga, di hari rabu pagi.
Dan seketika, hari rabu adalah hari favoritku. Karena saat itulah, aku mampu melihatmu dengan jarak yang dekat, bisa pula berkomunikasi, tanpa ada yang mengganggu seperti hari lain. 2 jam lamanya mata fokus hanya menatap kamu.
Masih teringat jelas juga pertama kali kita bertemu.
Cerita buatan kita pun masih tersimpan hingga kini. Biarpun sudah pudar warnanya, tapi sepertinya rasa di hati belum pudar betul, meski berkali-kali mengatakan, "aku sudah lupa kamu".
4 kata yang selalu ku ucap ternyata hanya untuk menghibur hati semata. Karena memang sebenarnya, aku belum mampu melupakan kamu seutuhnya...

Rabu, 02 Maret 2016

Apa kabar? Aku Rindu

Hai...
Apa kabar kamu?
Paras wajahmu masih ku ingat hingga detik ini.
Belum bisa tergantikan oleh siapa pun, meski sudah berulang kali, aku mengatakan sudah ada nama lain di hati ini.
Tapi tetap saja. Tetap saja masih kamu yang selalu ku nanti, masih kamu yang ku puja, dan masih kamu yang ku mau.
Walau aku sadar, memilikimu tak akan pernah menjadi nyata.
Aku sadar diri, aku siapa dan kamu siapa.
Tapi hati yang berbicara. Dan hatiku mengatakan kalau malam ini, aku rindu kamu...

AERAS, 1 kata tersingkat buatan kamu untuk kita dulu.
Entah kamu masih ingatkah dengan kata ini atau mungkin hanya aku di sini yang ingat kata itu.
Hal sekecil apapun tentang kamu, masih ada dalam ingatan ini. Belum bisa melupakannya sampai detik ini.

Aku berharap, suatu hari nanti, entah kapan itu waktunya, kamu baca semua tulisanku ini. Semua tulisan ku ini, untuk kamu.
Kamu memang sudah jauh, tapi kamu masih ada di sini, di ingatanku dan di dalam tulisanku ini.

Selasa, 01 Maret 2016

Sekat

Sepertinya saya adalah sosok yang ditakuti oleh semua kawan saya.
Bukan takut karena saya galak atau apa. Tapi, takut untuk membuat janji dengan saya.
Mereka pantas takut. Itu sangat wajar.
Diri saya sendiri pun lebih takut untuk mengatakan "janji".
Kegiatan yang itu-itu saja yang saya urusi sampai mereka pun akhirnya tak pernah lagi membuat janji dengan saya.

Mereka pun akhirnya membuat keputusan sendiri dan lebih memilih melihat saya sedih di awal karena tak diajak daripada akhirnya melihat saya sedih karena tak bisa menepati janji dengan mereka.
Merekalah yang selalu ada untuk saya. Tapi seolah takdir tak pernah setuju dengan apa yang mau saya lakukan untuk selalu ada di saat mereka butuh saya.

Ditambah lagi dengan posisi saya yang seakan-akan menjadi sekat untuk semuanya.
Tak hanya untuk mereka, bahkan 2 orang yang paling penting pun rasanya ada batasan untuk mereka.

Ini salah saya yang tak pandai bagi waktu atau memang kegiatan ini tak mempunyai waktu untuk saya istirahat?
Setidaknya istirahat untuk tidak memikirkan hal-hal kecil.