Kamis, 26 November 2015

Tentang Kita : Ga Mau Terlalu

Menunggu? Sebagian orang bosan dengan hal yang satu itu. Tapi, aku bisa apa? Seorang wanita yang baru mengenal cinta yang hanya bisa diam, menunggu dia peka dengan perasaan ini.
3 tahun kami berteman. Hubungan kami sangat dekat layaknya pacaran tapi tanpa status. Bahkan, orang tua kami sudah saling kenal satu sama lain, dan berharap lebih pada hubungan kami. Ya tapi, seolah lumpuh tak bisa berkata apa pun.
Aku pun lelah. Dan akhirnya ku paksakan untuk mengatakan semuanya tentang perasaan yang ku miliki padanya malam ini. Kami janjian di tempat makan langganan kami dekat rumahku. Sengaja aku datang 15 menit lebih awal dari jam yang telah ditentukan. Rizal, adalah namanya. Nama yang akhir-akhir ini selalu ada dalam doaku. Ku panggil dia dari balik kaca tempat aku duduk.
“Rizal...”, dia pun menoleh ke arahku dan menghampiriku.
“Sudah lama nunggunya?", tanyanya.
“Engga kok. Aku baru sampai”, jawabku.
Ku suruh dia memesan makan terlebih dahulu, karena tak mungkin kalau aku langsung berbicara ke arah itu. Dan di tengah kami makan, aku menghela nafas dan memanggilnya.
“Zal...”
“Vin, ada yang mau aku omongin”, ucapnya yang membuat ucapanku terpotong.
“Mau ngomong apa?”
“Aku suka sama kamu, Vin”, ucapannya sungguh membuatku terkejut sampai aku tersedak oleh makananku.
“Kamu ga bercanda, kan?”, tanyaku agar lebih yakin.
“Sebenernya udah lama aku suka sama kamu, Vin. Dan aku udah bisa baca alasan kamu ngajak aku ketemuan. Kamu pasti mau tanya hubungan kita itu sebenarnya apa? Iya kan?”. Aku benar-benar terkejut dengan ucapannya yang sudah mengetahui maksudku mengajaknya bertemu. Dan aku hanya bisa diam dan duduk dengan rasa malu.
“Tapi maaf sebelumnya, Vin. Aku memang suka sama kamu. Tapi aku ga mau kita punya hubungan apa pun itu. Aku ga mau punya komitmen dengan siapa pun sampai aku yang benar-benar siap mempunyai komitmen itu”.
“Ga mau punya komitmen? Lalu, ucapan suka kamu itu harus aku anggap sebagai angin aja?”, ucapku dengan nada sedikit tinggi.
“Ga gitu juga, Vin. Aku berharap kamu mau nunggu aku sampai aku siap mempunyai komitmen”.
“Tapi sampai kapan, Zal? Aku ga tau bisa kuat nunggu kamu atau engga”, jawabku dengan air mata yang sebentar lagi akan keluar.
“Aku selalu percaya jodoh ga akan ke mana, dan aku berharap jodoh aku adalah kamu. Ga masalah kamu mau berkelana cinta dulu dengan siapa, memulai dengan siapa. Yang penting, aku bisa jadi yang terakhir untuk kamu, Vin”.

Semenjak pertemuan malam itu, aku tak ingin lagi berharap apa pun itu darinya. Aku ga mau terlalu banyak berharap jauh. Aku takut bila aku berharap terlalu jauh, nantinya aku yang merasa terlalu sakit.

Jumat, 20 November 2015

Lihat Besok

Bersamamu kembali. Seakan tembok besar cina pun tak mampu menghalangi pertemuan kita.
Selalu ada cara agar kita bisa bertemu walau hanya sebentar.
Padahal, masing-masing dari kita masih terikat dengan suatu hubungan. Seperti tak ada rasa takut dengan karma yang sedang menunggu.
Mungkin pernah ku katakan bila aku akan sabar menunggu waktu itu datang. Tapi, nyatanya sama layaknya denganmu, aku tak mampu menahan datangnya waktu itu.
Kamu benar. Kita ikuti saja air yang mengalir.
Entah mengalir pada kebaikan atau malah kesakitan.
Intinya, kita sama-sama masih saling membutuhkan untuk kepuasan batin tersendiri.
Perkara nantinya benar-benar membutuhkan untuk seumur hidup, kita lihat besok...

Minggu, 15 November 2015

Jangan Lagi

Tulisan itu masih tersimpan rapih.
Meski kini warnanya telah pudar dan bentuk yang berbeda, tapi rasanya masih sama.
Serasa baru kemarin kita bercanda bersama dan menulis tulisan itu. Tapi ternyata sudah 1 tahun semuanya berlalu.
Perlahan kamu memang pergi. Tapi kini, perlahan juga kamu mulai menunjukkan keberadaanmu lagi.
Bila memang pergi, pergilah. Jangan setengah jalan kamu melangkah, kembali lagi ke belakang.
Karena aku juga demikian. Aku sudah jauh melangkah selama setahun, dan tak ingin kembali lagi.
Karena aku sadar. Mengharapkan kamu kembali sama saja menunda penyakit datang dan perjalananku selama setahun melupakanmu akan sia-sia.
Jangan lagi bertanya "lagi apa?" atau "belum tidur?". Karena aku tak seperti dulu lagi yang langsung hanyut dalam kata-katamu.

Kamis, 12 November 2015

Bukan dan Belum Sekarang

Sebuah pembuktian sedang menanti di sana.
Ku harap, bukan hanya sekedar menanti lalu pergi. Tapi, menanti dan menghampiri diri ini juga.
Sekarang? Bukan, dan belum saatnya untuk mengakhiri ini.
Justru ini awal di mana bangkitnya aku setelah kemarin.
Kita sama-sama menanti.
Aku menanti kamu, pembuktian. Dan kamu juga menantiku untuk dijemput.
Semoga kita bisa bertemu pada satu titik.
Dan kamu, akan aku bawa pulang agar semuanya bisa melihat keseriusan dan juga perjuangan ini.

Selasa, 10 November 2015

SemangART!

Semangart!!!
1 kata yang selalu diucapkan oleh mulut mereka dan 1 kata yang selalu buat kita tetap bangun meski kita terjatuh berkali-kali.
Bukan orang tua, dan juga bukan guru yang ada di sekolah. Hanya sekedar kakak yang membimbing kita di luar pelajaran akademik.
Namun, semangat mereka yang mengajar kami tak kalah besar seperti orang tua yang selalu ada untuk kita dan guru yang mengajar di sekolah.
Mereka tak pernah meminta imbalan apa pun kecuali kita menang di setiap lomba yang kita ikuti.
Dengan waktu mereka yang sangat padat, mereka selalu menyempatkan hadir di setiap sabtu untuk mengajar kita. Memang waktunya tak banyak, tapi ilmu dari merekalah yang banyak untuk kita.
Bagiku, kalian sama seperti pahlawan-pahlawan di luar sana, pahlawan tanpa tanda jasa, yang rela datang mengajar kami meski lelah dan kadang sebagian dari kami banyak yang ga datang atau susah dibilangin.
Terima kasih kakak, papah, visioner, guru, dan (rentenir)  yang sudah mau mengajar kita.
Selamat hari pahlawan, visioner...

Senin, 09 November 2015

"Membutuhkan"

Mungkin saat ini, kata "membutuhkan" terdengar lebih indah dari pada "kejelasan".
Aku senang, karena kamu membutuhkan aku.
Walau nyatanya, aku hanya sebagai pembantu hubunganmu baik lagi dengannya dengan aku yang berpura-pura sebagai pemilik hatimu yang baru.
Tapi, aku senang.
Setidaknya, lebih banyak waktu kita lewati karena kamu selalu membutuhkan aku, dari pada aku harus meminta kejelasan hubungan kita yang memang tak akan pernah bisa dijelaskan apa pun itu caranya.
Jikalau nanti, aku benar-benar dibutuhkan menjadi pemilik hatimu yang sebenarnya, di situlah hubungan kita bisa dijelaskan.
Dan di situlah kejujuran yang sebenarnya...

Percayalah

Malam ini, kamu datang kembali. 
Menawarkan kembali permainan yang dulu pernah kamu tawarkan. 
Apa tak ada wanita lain yang kamu tawarkan selain aku? Aku tak ingin memungkiri bahwa permainan yang kamu tawarkan sungguh menarik. 
Bila aku manusia yang tidak memiliki hati, aku pasti mengiyakan ajakan kamu bermain permainan ini. 
Tapi, kamu salah bila menawarkan permainan ini kembali kepadaku. 
Kejujuran sudah ku tumpahkan semuanya. Tak ingin lagi ada kebohongan. 
Hati merasa tak tenang selalu membohongi, dan juga diri ini, sakit terkena dampaknya. 
"Aku ga pernah melarang kamu untuk memiliki rasa itu. Dan jujur, hingga kini aku juga masih memiliki rasa itu. Tapi, biarlah rasa itu memendam di hati masing-masing dan tetap menjalani yang ada sekarang. Percayalah, bila jodoh tak ke mana".
Bukannya sombong menolak permainanmu.
Tapi, aku tak mau mencari karma yang sedang menunggu kesalahku.
Mencintaimu untuk saat ini, sama aja aku menunda sakit.
Bukan hanya hati ini yang terluka, tapi ada 2 hati lainnya yang akan terluka yang ada di sampng kita sekarang.
Ku harap kamu mengerti, dan mau menunggu sampai waktu benar-benar tepat. Percayalah, aku juga menunggu saat itu...

Rumah Kita

Rumah ini terasa sunyi bila hanya ada aku yang tinggal di sini.
Setiap manusia pasti membutuhkan manusia yang lain. Begitu juga aku yang membutuhkan kamu di sini untuk menemani kesendirianku ini. 
Aku lelah setiap hari harus terbangun dengan kesendirian. Hanya melihat taman bunga yang kita buat tanpa melihat pembuatnya ada di sini. Setiap hari, hanya rindu yang memelukku dan bayangmu yang menemani. 
Kapan kamu pulang? 
Nama aku masih ada di hatimu, kan? 
Munafiknya aku bila mengatakan aku baik-baik saja dengan jarak ini. Bila dulu selalu berfikir positif tentang kamu di sana, kini pikiran jelek pun muncul dengan sendirinya.
Apa harus setiap malam aku melihat langit dan selalu menyebut namamu? Berdoa semoga besok pagi kamu ada di depanku untuk menyapaku dengan senyummu. 
Dan apa harus hanya rindu yang datang dan memeluk hati ini?
Segeralah pulang. Rumah kita, menunggumu...

Sabtu, 07 November 2015

Mencoba

Mengajar merupakan tugas yang berat. Ga sembarang orang bisa berbicara di depan mengoceh hal yang belum orang mengerti. Itulah yang dirasakan oleh gue. Mungkin kemarin adalah karma karena telah acuh tak acuh kepada guru yang mengajar gue. Terlalu menganggap remeh pekerjaannya yang hanya mengoceh yang kita sudah tau dan selalu memberi tugas setiap hari. Akhirnya, kemarin gue mendapat pengalaman yang berharga bagaimana caranya mengajar dadakan tanpa ada persiapan apa pun dan juga tak begitu menguasai materinya. Layaknya presentasi tugas di depan guru, namun ini lebih berdegup kencang. Karena dengan merekalah gue dinilai. Dinilai sikap gue ngajar, menjelaskan, berkomunikasi, dan lain-lain. Memang pantas seorang guru dikatakan "pahlawan tanpa tanda jasa". Mereka memberikan ilmu yang begitu berharga, namun tak pernah meminta imbalan apa pun kecuali hanya melihat muridnya sukses. Guru merupakan orang tua kedua kita yang ada di sekolah. Ga cukup hanya memiliki 1 orang tua yang ada di rumah. Sama halnya kita ga cukup mendapat 1 ilmu. Pasti di luar sana kita berkomunikasi dengan orang ga cukup membahas 1 topik kan? Itulah sebabnya kita disekolahkan oleh orang tua kita agar mendapat ilmu dari seorang pahlawan, yaitu guru. Dan jangan sesekali menyepelekan guru yang mengajar kita di depan kelas. Karena tanpa mereka, kita ga akan bisa sampai sekarang mendapat ilmu yang begitu banyak. Gue akan coba untuk ga menyepelekan guru lagi yang ngajar gue. Walau berat, tapi gue coba dan semoga bisa ga hanya ucapan aja..😄

Jadi Ketagihan

Pengalaman berharga sekali untuk hari ini. Pertama kalinya mengajar anak orang tanpa ada persiapan apa pun dan juga tak begitu menguasai materinya. Datang terlambat ke ekskul tercinta tiba-tiba disuruh mengajar di kelas naskah tentang "tanda baca". Shock? Sangat pasti. Ya untungnya membawa buku yang pernah diajarkan pembimbing gue. Semua gue bahas. Sampai ketika ada adik kelas yang bertanya, dan gue gugup menjawab. Seketika gue lupa apa yang mau diomongin. Sebenarnya sering mengajar adik sepupu. Tapi, itu beda rasanya. Jujur, melihat keceriaan anak-anak tadi saat gue ajar, semangat gue balik lagi. Seketika gue lupa sama lelah yang gue rasakan.
Dan juga tadi bertemu dengan teman tk, sd, dan smp, namanya Adrean, tapi gue lebih suka manggil dia dengan sebutan "Gian". Karena dari tk, sd, dan smp setiap main pasti manggilnya "Gian". Kita jarang berkomunikasi, tiba-tiba dia datang ke sekolah gue ga bilang apa-apa untuk mengajarkan proker majalah ekskul gue tentang layoutnya. Today it's so amazing and I'm verry happy. Jadi ketagihan wkwkwk😂

Jumat, 06 November 2015

Jujur...

Sebelum mengenal lo, banyak lelaki yang gue kenal. Tapi, yang gue heran cuma lo yang bisa membuat gue benar-benar jatuh dan masih merasa memiliki lo. Padahal kita ga pernah ada ikatan apa pun. Tapi, gue merasa memilikimu.

Jujur, hanya lo laki-laki yang sampai detik ini masih terus gue ingat. Padahal bila dihitung, kenangan kita ga terlalu banyak tapi sulit untuk dilupakan. Dan lo, laki-laki yang dapat membuat mood gue berubah seketika bila ingat lo.

Ada bagusnya memang sampai detik ini masih mengingat lo. Karena itu membantu tugas galau gue sebagai anak naskah. Ga tau kenapa bila ingat lo semuanya tumpah gitu aja. Pengen nangis, ketawa, yaa kayak orang gila ga jelas. Semua tulisan galau yang gue buat rata-rata buat lo. Cewek mana sih yang terima digituin? Apa lagi mainnya sama temen sendiri dan temen gue itu juga gatel. Dan sampai sekarang, temen gue masih baper sama cowok yang buat galau terus. Ya tapi bodo amat. Yang penting bukan gue. Ya jujur sih gue juga masih baper. Tapi kebaperan itu gue manfaatin buat nulis. Jadi, sedih ini gue tumpahin ke blog gue.

Terima kasih banget lo buat gue kayak gini. Jujur, biar pun kita ga komunikasi lagi tapi lo tetap membantu gue ngeblog. Ya walau lo mungkin ga tau dan ga merasa...

Jalan Alternatif

Ini adalah tempat yang pernah kamu singgahi sesaat.
Sampai detik ini setelah kamu memutuskan untuk kembali ke pemilik hati awal, posisi kamu belum tergantikan. Masih ada ruang khusus untukmu. Bahkan, melodi yang berbisik pun belum berubah.
Semuanya masih sama dan akan selalu sama sampai aku benar-benar menemukan penggantimu.

Aku tak pernah mau mengingat perpisahan ini. Tapi seolah aku tak boleh menyia-nyiakan anugerah Tuhan untuk tak mengingat itu lagi.
Masih ingat dengan jelas apa alasan kamu mengakhiri ini semua dan bagaimana cara perpisahan ini terjadi.

Terlalu poloskah aku sampai saat ini masih menganggap kamu adalah milikku?
Aku akan sangat menjadi wanita munafik bila mengatakan aku ikhlas melihat kamu kembali padanya.
Aku masih berharap kamu akan memutar balik ke jalan alternatifmu itu dan mengatakan kalau kamu menyesal telah kembali ke jalan utama yang telah membuat luka.
Aku akan selalu berandai dalam doaku. Semoga aku tak hanya sebagai jalan alternatifmu lagi, tapi bisa menjadi jalan utama untuk menuju kebahagiaanmu...

Di Ujung Senja

Saat yang dinanti pun tiba.
Sebuah perpisahan yang tak tau harus ditangisi atau justru bahagia karena telah terbebas.
Dan saat di mana, aku harus mengikhlaskan untuk melupakan semua hari yang ku lalui dengannya. Bukan benar-benar harus dilupakan, tapi agar tak terlalu sakit bila mengingat.

Mengapa setiap pertemuan selalu ada perpisahan? Seolah kedua kata itu tak pernah bisa berpisah.
Dan mengapa takdir tak pernah mau mengalah? Seolah hanya aku yang berjalan lurus ke depan, sedangkan dia diam tanpa menarik tangan ini.
Apa Kau sengaja membiarkan kaki ini berjalan ke depan dengan hati yang baru tertinggal?

Ya mungkin memang aku yang harus mengalah oleh takdir. Karena sampai kapan pun, aku tak akan pernah bisa mengelak dari takdir.
Setidaknya takdir pernah mempertemukan kita dan membiarkanku menikmati senyumanmu itu di hari-hariku...

Kamis, 05 November 2015

Terima Kasih Lalu

Lalu...
Kamu adalah laluku.
Dan akan selamanya menjadi lalu yang hingga detik ini masih ku kenang.
Sejauh apa pun kakimu melangkah, percayalah bayanganmu masih ada di sini.
Belum ada yang menggantikan laluku ini.
Hati belum bisa mencari yang lain, sebab hatiku masih di dalam luka yang lalu.
Sempurna itukah kamu di mata ini sampai kini aku masih memikirkan yang lalu?
Kamu lebih pintar dari pemeran utama yang ada di layar film.
Lebih pandai memainkan perasaan sampai aku belum juga bisa melupakan kenangan lalu kita.
Seolah takdir tak bersahabat dengan keadaan sekarang yang terus membiarkan aku mengingat yang lalu.
Terima kasih sudah menjadi laluku yang begitu indah.
Dan aku sangat senang bisa ada di dalam lalumu juga, meski aku tidak tau apa sekarang kamu juga memikirkan aku di sini...

Senin, 02 November 2015

Kamu, Luka yang Ku Suka

Tak pernah sedikit pun aku ingin munafik tentangmu dari hati ini.
Jujur saja, sampai detik ini setelah perpisahan itu terjadi, masih teringat semua tentang kita di benak ini. Tak sedikit pun terlintas untuk melupakannya.

Banyak lelaki di luar sana yang menjual cintanya dengan cuma-cuma untukku. Tapi, namamu hingga saat ini belum juga tergantikan. Masih memiliki tempat khusus di hati ini.

Walau kamu pembuat luka di hati ini, tapi kamu adalah luka yang paling aku suka. Entah aku bodoh yang buta dengan semua ini atau terlalu pintar menyembunyikan kesalahanmu dari mata ini. Kamu masih terlihat sangat sempurna di mata ini, seperti pertemuan kita di awal dulu.
Semua masih sama. Aku masih merasa memilikimu.

Tak hentinya aku memohon kepada Tuhan agar kita bisa seperti dulu lagi. Saling memiliki satu sama lain. Tak hanya aku yang merasa memliki...

Malam ini kita bertemu lagi.
Menumpahkan semua yang ada.
Semuanya mengalir begitu saja.
Kamu pacar sekaligus teman yang baik untukku..
Aku sangat bersyukur karena kamu yang dulu telah kembali.
Mau menjadi pendengar setia untukku lagi dan aku pun berlaku sebaliknya.
Saling jujur satu sama lain, tak ada yang dirahasiakan lagi.
Aku dan kamu berhasil melewati fase bosan dalam hubungan ini.
Hubungan kita semakin membaik. Dan semoga akan terus selamanya seperti ini.

DT 29...

Minggu, 01 November 2015

Masih Terasa Di Sini

Ini tempat yang pernah kita singgahi bersama. Hanya untuk sekedar duduk manis, bercanda gurau, dan mendengar alunan melodi yang sering kita nyanyikan bersama.
Berjanji kalau ke depan akan selalu sama seperti ini. Bahagia bersama hingga maut yang memisahkan.

Tapi nyatanya, sebelum maut memisahkan kita sudah berpisah.
Kini, hanya dapat menelan janji dengan pahitnya kenangan indah.

Tak ada lagi sentuhan tangan yang terasa oleh diri ini,
Tak ada lagi senyum yang dapat di lihat oleh mata ini,
Dan tak ada lagi suara indah menyapa terdengar oleh telinga ini.

Kamu memang sudah pergi. Tapi sesungguhnya, bayanganmu masih ku rasakan ada di sini, memeluk diri ini dan terus berputar dalam ingatan ini.
Andai saat itu hari tak pernah terganti, mungkin kamu masih di sini. Memelukku dan membiarkan diri ini tetap tersenyum.

Aku tak mau munafik. Walau sudah lama berpisah, tempat ini masih sering ku kunjungi. Langkah demi langkah ku hayati seiring perjalanan cinta kita dulu. Sudut demi sudut masih ku ingat bagaimana cara kita berjalan dulu ke tempat ini.

Dan sekarang aku coba mengikhlaskan semuanya. Mungkin memang hanya pertemanan yang diberi Tuhan untuk kita. Bisa bersama tetapi tak bisa saling memiliki.
Tapi aku senang pernah bisa bahagia bersamamu...