Menunggu? Sebagian orang bosan
dengan hal yang satu itu. Tapi, aku bisa apa? Seorang wanita yang baru mengenal
cinta yang hanya bisa diam, menunggu dia peka dengan perasaan ini.
3 tahun kami berteman. Hubungan
kami sangat dekat layaknya pacaran tapi tanpa status. Bahkan, orang tua kami
sudah saling kenal satu sama lain, dan berharap lebih pada hubungan kami. Ya tapi, seolah lumpuh tak bisa berkata apa
pun.
Aku pun lelah. Dan akhirnya ku
paksakan untuk mengatakan semuanya tentang perasaan yang ku miliki padanya
malam ini. Kami janjian di tempat makan langganan kami dekat rumahku. Sengaja
aku datang 15 menit lebih awal dari jam yang telah ditentukan. Rizal, adalah
namanya. Nama yang akhir-akhir ini selalu ada dalam doaku. Ku panggil dia dari
balik kaca tempat aku duduk.
“Rizal...”, dia pun menoleh ke
arahku dan menghampiriku.
“Sudah lama nunggunya?", tanyanya.
“Engga kok. Aku baru sampai”,
jawabku.
Ku suruh dia memesan makan terlebih
dahulu, karena tak mungkin kalau aku langsung berbicara ke arah itu. Dan di
tengah kami makan, aku menghela nafas dan memanggilnya.
“Zal...”
“Vin, ada yang mau aku omongin”,
ucapnya yang membuat ucapanku terpotong.
“Mau ngomong apa?”
“Aku suka sama kamu, Vin”,
ucapannya sungguh membuatku terkejut sampai aku tersedak oleh makananku.
“Kamu ga bercanda, kan?”, tanyaku
agar lebih yakin.
“Sebenernya udah lama aku suka sama
kamu, Vin. Dan aku udah bisa baca alasan kamu ngajak aku ketemuan. Kamu pasti
mau tanya hubungan kita itu sebenarnya apa? Iya kan?”. Aku benar-benar terkejut
dengan ucapannya yang sudah mengetahui maksudku mengajaknya bertemu. Dan aku
hanya bisa diam dan duduk dengan rasa malu.
“Tapi maaf sebelumnya, Vin. Aku
memang suka sama kamu. Tapi aku ga mau kita punya hubungan apa pun itu. Aku ga
mau punya komitmen dengan siapa pun sampai aku yang benar-benar siap mempunyai
komitmen itu”.

“Ga gitu juga, Vin. Aku berharap
kamu mau nunggu aku sampai aku siap mempunyai komitmen”.
“Tapi sampai kapan, Zal? Aku ga tau
bisa kuat nunggu kamu atau engga”, jawabku dengan air mata yang sebentar lagi
akan keluar.
“Aku selalu percaya jodoh ga akan
ke mana, dan aku berharap jodoh aku adalah kamu. Ga masalah kamu mau berkelana
cinta dulu dengan siapa, memulai dengan siapa. Yang penting, aku bisa jadi yang
terakhir untuk kamu, Vin”.
Semenjak pertemuan malam itu, aku
tak ingin lagi berharap apa pun itu darinya. Aku ga mau terlalu banyak berharap
jauh. Aku takut bila aku berharap terlalu jauh, nantinya aku yang merasa
terlalu sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar