Minggu, 27 Desember 2015

Tentang Kita : Vindi

Vindi, adalah sosok wanita yang selalu menemani hari-hariku. Suka duka selalu kita lewati bersama. Tapi semenjak malam itu, malam di mana aku mengelurkan perasaanku padanya, seolah tak ada kata yang keluar dari mulutnya lagi. Kami bungkam 1000 bahasa. Tak menegur satu sama lain. Apa salahku yang mengatakan demikian? Rasa penyesalan setelah malam itu  selalu memeluk hangat tubuhku di tiap detik aku bernafas. Aku tak mau hubungan kami yang tadinya sangat baik menjadi menjauh hanya karena 1 malam 30 menit itu.
Vindi sedang asik terduduk membaca novel pemberianku di taman sekolah kami. Novel tentang betapa pentingnya cinta yang harus diungkapkan sebelum terlambat. Seperti berkaca dari novel itu, aku sudah mengeluarkan perasaanku, tapi mengapa harus belum bisa memulai denganya dan justru harus membuatnya menunggu? Aku mulai ragu dan takut kalau Vindi nantinya menemukan yang lain dan aku tak sempat memilikinya.

Vindi akan pindah ke Jogja. Dia mengambil kuliah sastra bahasa di sana. Kuliah dengan jurusan satra bahasa adalah impiannya. Aku senang Vindi bisa meraih impiannya, dan berharap bisa menjadi penulis novel terkenal sesuai keinginannya. Tapi, dengan begitu akan ada waktu yang sangat lama untuk bisa berjumpa lagi dengannya. Apa aku akan tetap seperti ini kepadanya? Vindi, andai kamu bahwa aku sangat mencintai kamu dan menginginkan kamu sebagai duniaku, Vin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar