Banyak orang yang mengenal diriku hanya sebatas wajah dan nama, namun tak mengenal dalamnya aku. Mereka berbicara mengenai hidupku tanpa tau kebenarannya hidupku ini seperti apa. Kebanyakan dari mereka hanya tau aku selalu bahagia, ceria, dan tak pernah merasakan sedih sedikit pun. Wajar kalau mereka beranggapan demikian. Karena memang aku tak pernah menampakkan wajah sedihku di depan mereka. Buat apa aku tampakkan? Agar mereka simpati padaku? Bukan itu yang aku inginkan. Tak pernah sedikit pun aku ingin dikasihani. Aku bukan tipe orang yang selalu mengumbar kehidupanku sedang bahagia ataupun sedih. Dan aku membiarkan mereka tetap berfikir kalau aku selalu bahagia, ceria, dan tak pernah sedih sedikit pun.
Pribadiku ini berbeda dengan pribadi yang lain. Akan selalu ada perbedaan yang mampu membuktikan kalau aku lebih dari yang lain. Bukan bermaksud sombong. Tapi bila ingin dipuja, memang harus memiliki sifat itu. Seseorang pernah mengatakan padaku, "Sombong itu wajar. Justru kalo lo ga sombong, lo ga akan dikenal. Tapi jangan terlalu sombong". Aku pun tak ingin memungkiri bahwa setiap manusia pernah memiliki sifat sombong. Bahkan, seorang manusia yang memiliki iman kuat pun pernah mempunyai sifat sombong.
Pena... Dengan pena, aku bercerita. Dengan pena pula, aku melukis. Bercerita tentang peristiwa yang aku alami, kemudian melukiskan peristiwa itu dengan warna-warni tinta indahnya hidup. Setiap manusia pasti membutuhkan pena untuk menulis apa pun itu yang ingin ditulis. Hebatnya pena dapat membuatku bisa berkata-kata mengartikan sesuatu dengan panjang tanpa harus ku ucap dari mulut ini. Namun terkadang, aku seolah dibuat mati oleh pena karena tak mampu berkata di depan orang. Hanya mampu merekam peristiwa dan menguraikan oleh kata.
Aku terlalu buta dengan dunia luar. Terlalu asik dan sibuk sendiri oleh pena yang kupunya. Pena membuatku jauh lebih hidup. Jauh lebih menghargai hidup. Dengan pena, aku sadar. Bahwa hidup tak selamanya indah. Banyak kendala saat kita ingin nenulis. Begitu juga hidup, selalu banyak kendala saat kita ingin sukses. Hujatan, cacian, itulah yang aku dapatkan. Tapi, aku sadar kalau aku harus bangkit dan jangan mendengarkan mulut orang lain berbicara. Terus lah menulis dengan pena setulus hati. Setulus hati juga aku nenjalani hidup ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar