Kamis, 01 Oktober 2015

Dari Mata Turun Ke Hati

Banyak orang yang mengatakan "dari mata turun ke hati". Dulu, itu adalah kata-kata paling mustahil yang aku percaya. Karena dengan mata, seseorang tidak mampu bahkan tidak berhak menilai seseorang hanya sekedar melihat. Tapi, aku larut dalam kata-kata itu. Sandy, dia adalah kakak kelasku, beda 2 tahun denganku. Wajahnya yang tampan membuat aku terpikat. Padahal baru bertemu pertama kali, tapi sudah ada rasa. Konyol bukan? Hanya dengan mata, bisa langsung memiliki rasa. Terlebih lagi, dia sangat respect denganku, baik pula. Pertemuan pertamaku dengannya ketika aku harus mengerjakan tugas membuat cerita dari guruku. Sedang berputar-putar di sekitar sekolah untuk mencari ide, aku pun bertemu dengannya. Melihat wajahku yang melas, dia pun mau membantuku. hehe😁. Kami duduk di koridor sekolah dengan bercanda gurau dan saling bertanya tentang satu sama lain. Dia orang yang asik, lucu, baik, dan intinya aku jatuh hati padanya.

Saat aku dan teman-temanku sedang menonton film di bioskop, kami tak sengaja bertemu, dan menonton film yang sama, juga duduk sebelahan. Padahal itu sama sekali tak direncanakan. Aku hanya bergumam dalam hati, "jangan-jangan aku sama dia berjodoh. Wkwk". Tapi, aku berusaha untuk tidak mau terlalu larut karena ketampanannya. Belum tentu, dia juga suka padaku. Setelah menonton bareng itu, aku sama Sandy semakin sering chat-chatan. Bahkan, dua minggu berturut-turut aku bbm-an sama dia.  Padahal, isinya juga ya itu-itu aja. Tapi, kita bisa chatan sampai malam, sekitar jam 12an baru kelar. Dan itu membuatku semakin larut.

3 bulan kami sering jalan, makan, malam mingguan, dan kita juga sering pulang bareng. Tiba-tiba, aku tak sengaja mendengar Tara curhat dengan Innes tentang Sandy. "Ih semalam Sandy nanya gue lagi apa. Ga cuma semalam dia nanya, tapi udah seminggu ini kita chat-chatan terus. Senang deh", ucap Tara yang membuatku ingin marah. Dan saat pulang, mereka pulang bareng. Padahal Tara sendiri tau kalau aku suka sama Sandy. Tapi, kenapa dia begitu?

Saat sedang bermain true or dare, Tara memilih "true" dan mendapatkan pertanyaan "Lo suka sama Sandy?". Dan Tara pun mengatakan Iya. "Sandynya juga suka sama gue kok. Buktinya dia ngechat gue mulu". Padahal saat itu, posisi Tara sedang pacaran dengan Dicka. Memang gila temanku yang satu ini. Kurang lebih 2 bulan aku jarang berkomunikasi lagi dengan Sandy. Dia sedang terlalu asik bermain dengan Tara. Sampai membuat Tara harus mengakhiri hubungannya dengan Dicka. Aku bisa apa? Marah? Kesal? Cemburu? Itu pasti. Tapi aku ini siapanya yang pantas untuk cemburu. Aku menyesal telah larut dalam buayannya.

Sebulan kemudian, Tara datang padaku. Dia menangis karena Sandy sudah mulai dingin. Aku mulai mengerti sifat Sandy yang sebenarnya. Dia sedang mencari ikan yang siap dipancing. Namun, bila sudah dapat dan bosan, langsung mencari ikan yang lain. Malam setelah Tara menangis padaku, Sandy mengechat aku kembali. Karena sudah paham dengan sifatnya, aku pun biasa saja.

Tak lama kemudian, Juli, temanku menceritakan padaku kalau dia ditembak Sandy. Mungkin Sandy sedang mencari ikan yang lain, karena gagal memancingku kembali. Aku hanya tersenyum dan memberitahu padanya apa yang aku alami. Karena aku tak ingin lagi ada korban dari dia. Aku, Tara, dan Juli adalah korbannya. Dia hebat, sanggup membuat ketiganya jatuh hati hanya karena dengan mata. Wajahnya yang tampan juga rayuannya yang membuat kami langsung terpikat, hanyalah fiktif belaka. Dan ternyata memang benar. Kata-kata "dari mata turun ke hati" itu salah besar. Kita tidak bisa menilai seseorang hanya karena fisiknya yang indah bila dilihag oleh mata. Namun, kita harus merasakan apakah hatinya lebih indah dari pada fisiknya atau justru sebaliknya?
Ini adalah pelajaran bagi siapa pun itu, jangan langsung menilai orang lewat penglihatan, tapi nilailah dari hatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar